FAQ

"CDC, WHO dan UK Goverment membolehkan pemakaian hand dryer setelah cuci tangan (hand wash). Rekomendasinya : Setelah cuci-tangan menggunakan air dan sabun, tangan HARUS DIKERINGKAN dengan menggunakan kertas-tisu (“paper towel”) atau pengering tangan ( hand dryers). UK Goverment menambahkan, idealnya menggunakan pengering tangan yg menggunakan filter HEPA (HEPA filtered hand dryers)."

CDC membolehkan hanya pada kondisi khusus dibawah ini : 1. Kelangkaan-ekstrim sarung tangan (gloves) seperti di beberapa negara saat puncak pandemi Covid19 yg lalu. CDC menyebut strategi ini sebagai "Crisis Capacity Strategies" 2. Petugas yang menggunakan sarung tangan jenis non disposable (“heavy rubber gloves”) sesuaikan dengan rekomendasi produsen.

APD reuse wajib dilakukan disinfeksi sebelum dipakai kembali. APD bisa didisinfeksi menggunakan cairan disinfektan chlorin 5000 ppm atau desinfektan tingkat rendah lainnya.

Sesuai piramida sarung tangan (Glove Use Information Leaflet WHO 2009), menyuntik SC atau IM tidak dibutuhkan APD, hanya perlu melakukan kebersihan tangan.

CSSD kecil tidak masalah yang penting mesin sterilisasi yang di gunakan sesuai standar, misalnya untuk sterilisasi uap gunakan steam kelas B (untuk ukuran sesuai kebutuhan berapa banyak alat yang di sterilkan setiap hari, kenapa harus kelas B steam jenis itu suhu antara 121 - 134 derajat celcius dan alat yang di sterilkan dapat di kemas dengan linen, kertas wrapping, kertas non woven, dan pouches serta dapat menggunakan indikator internal kimiawai type 4 ,5 atau 6 di masukan dalam setriap kemasan dan untuk mesin bisa di uji dengan uji kimiawi yaitu bowie dick test

Tidak ada indikator khusus pabrikan untuk sterilisasi panas kering. Panas kering itu suhu berkisar 160 s.d 180 derajat dan indikator untuk sterilisasi panas kering itu adalah waktu dan suhu mengikuti intructional for use (IFU) mesin suhu tinggi. Contoh : mesin sterilisasi panas kering diatur 180 derajat maka waktu yang di butuhkan untuk sterilisasai adalah 60 menit itu monitoring sterilisasinya dan yang pasti tidak bisa di kemas kalaupun mau pakai pengemas ada yang jual di indonesia PT intergastra plastik khusus untuk mesin tersebut harganya sangat mahal. Kami para praktisi sterilisasi tidak menyarankan menggunakan panas kering untuk sterilisasi karena penjaminan mutu sterilisasi tidak ada. Bisakah di simpan bila sterilisasi dengan panas kering ? tidak, karena tidak di kemas, setelah di sterilkan tunggu dingin gunakan tidak di simpan

Menurut guidelines yang ada di dunia penggunaan biological indikator adalah setiap siklus proses namun karena harganya mahal bisa diterima dengan sehari sekali (pada siklus keberapa tergantung kebijakan RS) bila dilakuka uji BI seminggu dua kali boleh sesuaikan denagn kebijakan RS

Pengambilan urin pada pasien yang terpasang kateter tidak boleh dilakukan dari urin bag ataupun dengan cara mengucurkan urin dari pangkal atau ujung kateter, karena berpotensi terkontaminasi oleh mikroba lingkungan atau mikroba yang terdapat pada ujung kateter. Pengambilan yang benar adalah dengan melakukan aspirasi menggunakan spuit dan syringe pada daerah sampling port atau sedikit proksimal dari percabangan kateter. Sebelum melakukan aspirasi, kateter bagian distal diklem, ditunggu sampai urin terkumpul. Kemudian sampling port dibersihkan dengan antiseptik lalu dilakukan aspirasi sebanyak sekitar 10 ml urin. Aspirat urin kemudian dipindahkan ke wadah steril yang bertutup ulir. Wadah dilabel dan dikirimkan segera ke laboratorium pada suhu ruang dalam 2 jam, bila lebih dari 2 jam harus dalam suhu 2-8 derajad Celcius.

Untuk tujuan pemeriksaan biakan pada dewasa diperlukan spesimen darah minimal 10-20ml/botol medium. Bila terpaksa, masih bisa minimal 5 ml, dengan konsekuensi menurunnya kepositifan biakan.

Dalam keadaan safety box kosong diperbolehkan asal dituliskan pada wadah tersebut "benda tajam" tambahkan label "infeksius". dengan syarat, wadah tahan tusukan dan tidak bocor. Tapi kosongnya jangan lama-lama.

No Recapping artinya jangan menutup kembali jarum suntik bekas pakai. Tindakan recapping dapat mengakibatkan cidera tertusuk jarum. Untuk itu tidak diperbolehkan melakukan recaping. Namun apabila terpaksa karena hal tertentu misalnya mau menyuntik pasien kemudian tiba-tiba harus ditunda karena suatu sebab, maka jarum suntik yang terbuka dapat ditutup kembali dengan one hand dengan cara sekop. Dan pada kasus tersebut jarum belum disuntikkan ke pasien.

Untuk Puskesmas di daerah terpencil yang tidak ada pihak ke 3 untuk melakukan pengambilan limbah maka dapat dilakukan dengan cara Penguburan dan Enkapsulisasi. Persyaratan dan konstruksi metode penguburan dan enkapsulisasi dapat dilihat pada Permen LHK P.56 tahun 2015. dibahas dengan jelas di Permen tersebut.

Infus Plabot termasuk limbah Berbahaya dan beracun Permen No 101 tahun 2014, maka tidak boleh dibuang di limbah non infeksius. Botoll infus terbuat dari plastik yang berkualitas tinggi yaitu dari poli etelin, dengan kepadatan rendah, kuat tidak bereaksi terhadap zat kimia lain, sehingga bisa menjadi madu bila dikelola dengan tepat, tapi bisa menjadi malapetaka bila jatuh ke tangan yang salah karena berisko terhadap kesehatan sampai pidana. Ada beberapa limbah B3 yang dapat dijual ke perusahaan namun perlu melewati prosedur yang sudah ditetapkan Permen LHK no.56 tahun 2015 tentang tata cara teknis Pengelolaan limbah B3 di Fasyankes. Adapun prosedur pengelolaannya adalah mulai dari pengosongan, pembersihan, disinfeksi, penghancuran/pencacahan ini menjadi tanggung kawab RS. Hal ini dipertegas juga dari Deputi Bidang Pengelolaan B3 dan sampah bahwa, 1. Limbah botol infus bekas yang berasal dari infus makanan atau obat dapat dilakukan pemanfaatan Kembali (daur ulang) dan dinyatakan sebagai limbah Non B3 dengan syarat : telah dilakukan disinfeksi kimiawi dan/atau termal dan dicacah; dan tidak dilakukan pemanfaatan kembali (daur ulang) untuk produk yang dikonsumsi. 2. Apabila ketentuan no.1 tidak dapat dipenuhi maka pengelolaan limbah botol infus bekas wajib dilakukan sesuai ketentuan pengelolaan limbah B3. Untuk itu sebaiknya botol infus bekas dikumpulkan di plastik putih bening dan upayakan kerja sama dengan pengelola limbah yang tersertifikasi, agar bisa dimanfaatkan eembali.

Limbah dahak pasien TB ada perlakuan khusus : 1. Di laboratorium, kalau punya otoclaf, dibuang di plastik yang aoutoclavable lalu masukkan ke otokalf. Kalau tidak punya otokalf masukkan klorin kedalam pot penampung sputum lalu buang ke tempat sampah infeksius. 2. Bila pasien di ruang rawat inap maka pasien dianjurkan meludah di tissue, lalu buang ke kantong ukuran kecil-kecil warna kuning (disediakan RS untuk pasien), Tiap Âľ penuh diikat kuat dan langsung dibuang ke tempaat sampah warna kuning (infeksius).

Jenis disinfektan yg digunakan untuk lingkungan sama saja, jenisnya bisa dari golongan chlorin, hidrogen peroksida, glutaraldehide dll. Konsentrasi dan waktu kontak perlu diperhatikan sesuai dengan instruksional for use( IFU), demikian juga stabilitas setelah dilarutkan.

Untuk UV memang dapat digunakan sbg agen antimikroba, tapi perlu banyak hal yg diperhatikan, antara lain panjang gelombang (UVC), tidak boleh terhalang, permukaan tidak berdebu, hanya yang kena sinar langsung dan tegak lurus yang bisa, efek samping dll sehingga tidak bisa menggantikan pembersihan dengan pengelapan permukaan, krn tidak bisa menjangkau seluruh permukaan ruangan.

Cara menentukan target surveilans di Fasyankes yaitu Identifikasi jenis pelayanan yang dikerjakan, Risk assessment resiko infeksi berdasarkan frekuensi, dampak, dan sistem yang sudah ada. Target ditentukan dari skoring tertinggi dang didapatkan dan disesuaikan dengan kemampuat tim PPI di Fasyankes

Audit tidak harus dilakukan pada seluruh unit, tergantung kemampuan komite/tim masing-masing Fasyankes, audit diprioritaskan untuk area resiko tinggi atau yang mempunyai nilai ICRA yang tinggi.

segera sebelum operasi. Maksimal 2 jam. Proses ini dilakukan setelah pasien mandi

Balutan luka harus diganti bila nampak kotor/basah. Apabila tidak kotor/basah balutan luka diganti saat pasien kontrol

folley cateter yang biasa diganti 7 hari/sesuai Intructional for use (IFU), folley cateter yang silikon diganti 30 hari//sesuai Intructional for use (IFU)

Memakai strategi TemPO. Temukan pasien, Pisahkan secara aman dan Obati secara cepat 1. Petugas survei batuk mengidentifikasi pasien batuk 2. Berikan edukasi etika batuk, masker( bila blm pakai) dan kartu berwarna khusus pd pasien TB ( merah, biru, hijau) 3. Petugas mempersilakan pasien menunggu di area khusus 4. Pasien mendapat pemeriksaan

Standar ruangan poli TB DOTS dapat menggunakan ventilasi alami, alami kombinasi dengan mekanik. Bila memungkinkan dapat dibuat poliklinik dengan tekanan negatif dan untuk memonitornya dengan menggunakan magnehelic

Jika RS tidak memiliki PPAB, maka boleh mengikuti PPAN Nasional sebagai terapi empiris, namun sebaiknya terapi indikasi definitif diberikan berdasarkan hasil kultur